Penemuankarya Syekh Abdul Qadir Al-Jailani oleh cucu ke-25-nya sendiri, Syekh Dr. Muhammad Fadhil, membuat dunia akademik dan pengamal tarekat/tasawuf terkagum-kagum. Bagaimana tidak? Naskah ini selama 800 tahun menghilang dan baru ditemukan secara utuh di Vatikan. Manuskrip yang berisi 30 Juz penuh ini tersimpan secara baik di perpustakaan.
Semua nabi dimotivasi untuk mencari ilmu," tutur Dr. KH. Fathul Bari, S.S., M.Ag. menerjemah nasihat dari Syekh Prof. Dr. Fadhil Al-Jailani,
SyekhFadhil al-Jailani, cucu sekaligus peneliti karya-karya fenomenal Syekh Abdul Qodir al-Jailani, berpesan kepada umat Islam untuk melaksanakan ziarah ke makam orang yang telah wafat, khususnya para ulama dan kekasih Allah.
Jakarta Maulana Assayid Assyarif Syeikh Prof. Dr. Muhammad Fadhil Al-Jilani Al-Hasani lahir pada 1 April 1954 M di Desa Jimzaraq, Kurtalan, wilayah Is'ird, sebelah Timur Turki yang terkenal dengan kawasan ulama. Beliau adalah cicit dari generasi ke-25 Sulthanul Auliya Syekh Abdul Qadir al-Jailani. Sejak usia 2 tahun oleh kakeknya, al-Quthub al-Alim Syekh Muhammad Shiddiq al
Untukdiketahui, Syekh Fadhil merupakan cucu ke-25 Syekh Abdul Qadir Al-Jilani yang lahir pada 1954 di Desa Jimzarok, Provinsi Qurtalan Timur, Negara Turki. Beliau tinggai di Istanbul, ibu kota Turki. Semasa kecilnya, beliau diasuh oleh kakeknya Syekh Muhammad Shiddiq Al-Jailani dan ayahanya Syekh Muhammad Faiq al-Jailani al-Hasani.
10 soal essay tentang bola voli beserta jawabannya. SAMARINDA, IAIN NEWS,- Pendiri dan Penasehat Utama Markaz Al-Jailani Internasional Turki sekaligus Pentahkik kitab Tafsir Al-Jailani Syekh Prof. Dr. Muhammad Fadhil Al-Jailani Al-Hasani Al Husaini yang merupakan cicit ke 25 Sulthonul auliya’ Syekh Abdul Qodir Al Jailani mengisi kuliah umum di IAIN Samarinda, Selasa 10/10/2017. Pada kuliah umum bertema peran ulama dalam meneguhkan nilai keislaman, kebangsaan dan kemanusiaan yang dihadiri ratusan mahasiswa IAIN Samarinda dan masyarakat umum ini Syekh Fadhil Al Jailani membahas berbagai hal tentang pemikiran dan karya fenomenal Syekh Abdul Qodir Al Jailani termasuk kitab tafsir Al Jailani yang ditahkiknya. Dalam pemaparannya Syekh Fadhil menceritakan proses penelitiannya dalam mencari manuskrip serta kitab-kitab yang ditulis langsung oleh kakek buyutnya itu. “di usia yang cukup muda yakni 20 tahun, sejak tahun 1977 saya mencari naskah-naskah karya Syekh Abdul Qadir Al Jailani di lebih dari 400 perpustakaan di seluruh dunia. Lebih dari 30 tahun pencarian saya itu, saya menemukan 46 judul dari 100 judul,” tutur Syekh Fadhil dalam Bahasa Arab Fushah. Menurut Prof. Dr. Muhammad Fadhil Al-Jailani Al-Hasani yang merupakan guru besar di berbagai perguruan tinggi seperti di Chicago AS, Karachi Pakistan dan Al Azhar Mesir ini, dalam mencari manuskrip dirinya menjelajah ke berbagai negara termasuk Itali-Vatikan yang terkenal sangat ketat dalam imigrasi. Namun dengan modal keyakinan Prof. Dr. Muhammad Fadhil Al-Jailani Al-Hasani berhasil masuk hingga ke perpusatakaan pusat di Vatikan yang menyimpan manuskrip asli karya Syekh Abdul Qodir Jailaini. “Saya menghabiskan seluruh waktu saya untuk mencari manuskrip Syekh Abdul Qodir Jailaini Radhiyallahu Anhu, dan sampai hari ini saya masih terus melanjutkan pencarian itu,” tuturnya. Kaitannya dengan tema pada kuliah umum ini Syekh Fadhil kembali mengajak para mahasiswa untuk senantiasa menjadikan Al- Qur’an dan Hadis sebagai rujukan hidup. Menurutnya penyebab dari berbagai pertikaian dan perpecahan dalam sebuah negara berawal dari pengkultusan terhadap individu. “Untuk itu sangat penting untuk kita kembali kepada Al Qur’an dan hadis agar kerukunan ummat dapat terbina dengan baik,” terangnya. Syekh Fadhil juga menambahkan tiga wasiat Syekh Abdul Qadir Al Jailani, dikatakannya hendaknya mengatasi kebodohan dengan ilmu. Kebodohan identik dengan kegelapan dan cara mengatasinya dengan menghadirkan ilmu sebagai lentera dunia. Ke dua, persatuan dan kesatuan itu penting untuk membangun sebuah negara yang damai. Dan ke tiga, atasi kefakiran dengan meratakan bantuan. Setelah menyampaikan beberapa wasiat, Syekh Fadhil menutup kuliah umum dengan doa bersama. Diakhir percakapannya dengan Rektor IAIN Samarinda Dr. H. Mukhamad Ilyasin, cicit dari keturunan ke 25 Syekh Abdul Qadir Jailani RA yang juga penasehat utama Markaz Al Jailani menyampaikan siap bekerjasama dengan IAIN Samarinda dalam mewujudkan visinya.Tamam
Shaykh As Sayyid Afeefuddin Jailani Shaykh Afeefuddin Al-Jailani is the 19th direct descendant of Shaykh Abdul Qadir Al-Jailani and the 33rd direct descendant of Prophet Muhammad sal Allahu alayhi wasalam. Shaykh Abdul Qadir Al-Jailani is one of the most renowned Islamic scholars and the founder and leader of the Qadriya spiritual Afeefuddin specializes in jurisprudence, shariah laws and spirituality. One of his greatest teachers was the former Mufti Of Iraq, Shaykh Abdul Karim Al Mudarris also known as Abdul Karim Bayarah. Shaykh Afeefuddin has been certified as an Islamic scholar by Shaykh Abdul Karim Al Mudarris - with the credentials of Ijaza Ilmiya. He has studied with many other Islamic scholars as Afeefuddin was born and raised in Baghdad in 1972. He completed his college while specializing in the shariah sciences. He was the Imam and Khatib in several mosques in Baghdad including the Mosque of Shaykh Abdul Qadir Al-Jailani. He was also a frequent guest lecturer in Iraq and other countries. Currently living and teaching in Kuala Lumpur, Malaysia, many students from around the world travel to learn from him. Shaykh Afeefuddin is the founder and chairman of Al-Wariseen Trust. He also leads all activities and events of Darul Jailani International. Biography of World Muslim Scholarsஉலக இஸ்லாமிய அறிஞர்களின் சுயவிபரக்கோவை Biography of World Muslim Scholarsஉலக இஸ்லாமிய அறிஞர்களின் சுயவிபரக்கோவை
Jakarta, – Maulana Assayid Assyarif Syeikh Prof. Dr. Muhammad Fadhil Al-Jilani Al-Hasani lahir pada 1 April 1954 M di Desa Jimzaraq, Kurtalan, wilayah Is’ird, sebelah Timur Turki yang terkenal dengan kawasan ulama. Beliau adalah cicit dari generasi ke-25 Sulthanul Auliya Syekh Abdul Qadir al-Jailani. Sejak usia 2 tahun oleh kakeknya, al-Quthub al-Alim Syekh Muhammad Shiddiq al-Jailani al-Hasani, beliau dibawa ke desa Tilan yang terkenal dengan daerah kalangan orang-orang mulia Saadah Asyraf dari trah al-Jailaniyah. Beliau besar di bawah bimbingan kakeknya tersebut. Hingga usia 13 tahun beliau kembali ke keluarganya di Jimzaraq untuk menyempurnakan pendidikan keagamaan. Kemudian beliau dikirim oleh kakeknya melanjutkan belajarnya di Kota suci Madinah selama beberapa tahun. Hingga pada tahun 1978 M, terbesit dalam hati beliau untuk mencari dan meneliti buah karya Sulthanul Auliya Syekh Abdul Qadir al-Jailani radhiyallahu‘anhu yang masih banyak berbentuk tulisan tangan asli manuskrip. Sejak saat itulah beliau habiskan waktu untuk mencari dan meneliti buah karya tersebut. Beliau kunjungi sekitar 50 perpustakan resmi nasional dan 10 perpustakaan khusus sulit dimasuki khalayak umum di lebih dari 25 negara. Kunjungan seperti ini beliau ulangi lebih dari 20 kali untuk beberapa negara. Dalam kunjungan tersebut beliau berhasil menemukan 17 kitab dan 6 manuskrip, salah satunya Tafsir al-Jailani yang menurut telaahan beliau tidak ada duanya dan bandingannya di dunia ini. Beliau mensyarahnya dengan menghasilkan sekitar lembar selain tafsir dan karya lain yang hilang yang tidak ditemukan di dunia ini selain dari usaha beliau. Beliau pun akan terus mencari dan meneliti karya-karya Sulthanul Auliya yang sangat banyak dan masih tersebar di belahan dunia. Terlebih, selepas keliling dunia beliau menjadi tahu bahwa ada 14 kitab yang hilang, belum diketahui keberadaannya. Ada pengalaman menarik yang beliau dapat saat mengunjungi perpustakaan Vatikan, Italia. Saat penjaga perpustakaan menanyakan maksud kunjungan beliau, maka seorang teman yang mendampingi beliau menjawab bahwa beliau sedang mencari dan meneliti kitab-kitab karya kakek beliau al-Jailani. Mendengar jawaban tersebut spontan sang penjaga pun berdiri penuh penghormatan dan berkata, “oh ya ya… Filusuf Islam, Abdul Qadir al-Jailani. Selepas beliau masuk ke perpustakaan tersebut, beliau temukan dalam katalog dan beberapa buku berbahasa Italia sebuah tulisan “Filusuf Islamâ€, dan dalam beberapa buku berbahasa arab “Syaikhul Islam wal Musliminâ€. Kedua julukan ini beliau tidak temukan di tiga benua manapun kecuali di perpustakaan Vatikan. Di perpustakaan tersebut beliau juga temukan sebuah ibarat “Adalah Syekh Abdul Qadir al-Jailani radhiyallahu ‘anhu yang membicarakan bahasan 13 cabang keilmuanâ€. Pendidikan dan Karya Emas Maulana Syeikh Muhammad Fadhil Al-Jilani Maulana Syeikh mendapatkan gelar Sarjana Syariah dengan predikat baik sekali, dari University of Islamic Studies Pakistan pada tahun 2000. Tiga tahun kemudian tepatnya pada tahun 2003 beliau mendapatkan gelar Diploma Pasca Sarjana Studi Islam, dengan predikat baik sekali, juga dari University of Islamic Studies Pakistan. Pada tahun 2006, Maulana Syeikh berhasil menyelesaikan Doktoral Studi Islam Spesialisasi Studi Filologi dengan predikat baik sekali, dari Al-Ummah Open University Pakistan. Maulana Syeikh pada tahun 2015 mendapat gelar Professor bidang Studi Islam the American Open University School of Islamic & Arabic Studies. Sampai saat ini Maulana Syeikh Muhammad Fadhil al-Jilani masih aktif sebagai dosen di American University for Human Sciences/California. Selain itu Maulana Syeikh Muhammad Fadhil al-Jailani masih menjadi Pimpinan Umum Markaz al-Jilani Istanbul sampai saat ini. Beliau juga masih aktif sebagai peneliti manuskrip kitab-kitab turost, terutama turots-turost Syekh Abdul Qadir al-Jailani al-Hasani al-Husaini ra. Beliau juga pernah menjadi Guru Besar Masjid Nabawi semasa di Madinah. Berikut Karya Ilmiah Karangan Maulana Syeikh Muhammad Fadhil al-Jilani Nahrul Qadiriyah Biografi Syekh Abdul Qadir al-Jailani al-Hasani al-Husaini ra.. Tahqiq wa Dirasah Tafsir Surat Al-Fatihah wa Al-Baqarah Studi Filologi Tafsir Al-Qur’an Surat Al-Fatihah dan Al-Baqarah. Al-Futuwwah fi Kaifiyati Akhdzi al-Ahdi wa al-Bai’ah Konsep Pengambilan Bai’at Dalam Tarekat al-Qadiriyah. Berikut Hasil Penelitian Maulana Syeikh Muhammad Fadhil al-Jailani Studi dan Penelitian Kitab Tafsir al-Jailani karya Syekh Abdul Qadir al-Jailani al-Hasani al-Husaini ra.. Studi dan Penelitian Kitab Ghunyah li Thalibi Thariqil Haq karya Syekh Abdul Qadir al-Jailani al-Hasani al-Husaini ra.. Studi dan Penelitian Kitab Al-Fath Ar-Rabbani karya Syekh Abdul Qadir al-Jailani al-Hasani al-Husaini ra.. Studi dan Penelitian Kitab Syarh Shalawat karya Syekh Abdul Qadir al-Jailani al-Hasani al-Husaini ra.. Studi dan Penelitian Kitab Nashaih al-Jailani karya Syekh Abdul Qadir al-Jailani al-Hasani al-Husaini ra.. Studi dan Penelitian Kitab Ushuluddin karya Syekh Abdul Qadir al-Jailani al-Hasani al-Husaini ra.. Studi dan Penelitian Kitab Al-Mukhtashar fi Ulumiddin karya Syekh Abdul Qadir al-Jailani al-Hasani al-Husaini ra.. Dan beberapa hasil Studi dan Penelitian kitab-kitab karya Syekh Abdul Qadir al-Jailani al-Hasani al-Husaini ra. yang sudah tercetak sekitar 24 kitab dan beberapa lebih dari 48 kitab dalam proses penelitian. Karomah Maulana Syeikh Muhammad Fadhil Al-Jilani Syekh Muhammad Fadhil al-Jilani dan KH Musthofa Aqil Siroj memiliki hubungan sangat dekat sekali. Hal ini dikarenakan setiap kunjungan Syekh Fadhil ke Indonesia pasti akan mampir ke rumah Kiai Musthofa. Bahkan Syekh Fadhil pernah mengatakan bahwa Kempek adalah rumah kedua beliau. Begitu pula KH Musthofa Aqil, beliau bersama istri, Nyai Shobihah Maimoen Zubair pernah bersilaturrahmi ke rumah Syekh Fadhil di Turki. Selain itu, setiap kunjungan Syekh Fadhil di Kempek pasti dihadiri oleh ribuan orang yang ingin mendapatkan berkah dan karomah dari cucu ke-25 Sulthonul Auliya Syekh Abdul Qadir Al-Jailani. Banyak orang yang merasakan karomah Syekh Fadhil, di antranya pengasuh Pesantren KHAS Kempek Cirebon, KH Muhammad Musthofa Aqil Siroj. Berikut beberapa karomah Syekh Fadhil menurut Kiai Musthofa Aqil seperti yang beliau ceritakan dalam ceramahnya Pertama, ketika untuk pertama kalinya Syekh Fadhil berkunjung ke Kiai Musthofa Aqil. Kemudian Syekh meminta menginap di rumah Kiai Musthofa. Di mana pada malam itu, sebenarnya Kiai Musthofa punya jadwal pengajian di daerah Majalengka. Kiai Musthofa merasa bingung antara menemani Syekh di rumah atau meninggalkan Syekh, demi menghadiri pengajian tersebut. Dalam keadaan demikian, tiba-tiba ada telepon dari panitia bahwa di Majalengka sedang hujan besar. Jadi saran panitia, lebih baik Kiai Musthofa tidak usah mengisi pengajian. “Alhamdulillah, Allah telah memberi keputusan untuk tetap bisa bersama dengan Syekh Fadhil di rumah,†kata Kiai Musthofa. Kedua, pada hari Sabtu sekitar jam 12, Syekh Fadhil permisi pulang. Setelah Syekh pergi, Ustadz Rohim menelpon Kiai Musthofa bahwa Syekh minta madu. Lantas beliau mengirim seseorang untuk mengantarkan madu tersebut kepada Syekh di Tol Kanci. Setelah itu, Kiai Musthofa masuk ke rumah dan berwudlu untuk melaksanakan shalat dzuhur. Setelah selesai, tiba-tiba ada tamu mengetuk pintu rumah. “Tok tok tok, Assalamu’ Lalu dijawab oleh Kiai Musthofa, “Wa’alaikumussalam,†jawab Kiai Musthofa. Kemudian dibuka pintunya, “Silakan masuk, dari mana pak?,†tanya Kang Muh. “Saya dari Riau, membawa madu untuk Kang Muh†jawabnya. Subhanallah, kata Kiai Musthofa, madu yang saya kirim kepada Syekh belum sampai diterima oleh beliau tetapi Allah sudah memberikan balasan madu satu wadah besar kepada saya. Ketiga, pertengahan tahun 2010, tepatnya pagi hari Jumat, Syekh Fadhil dengan Ustadz Rohim datang ke Kempek. Kemudian diadakan pertemuan yang dihadiri sekitar 400 kiai, bertempat di sebuah gudang yang dibuat menjadi ruang pertemuan dan di depan gudang merupakan tanah milik orang lain. Ketika selesai dari pertemuan, Kiai Musthofa matur kepada Syekh, “Ya Syekh berdoalah kepada Allah supaya tanah ini menjadi pondok Kemudian Syekh tersenyum. Kiai Musthofa paham isyarat tersebut, bahwa mana mungkin tanah milik orang lain mau dijadikan pondok. Kemudian Syekh mengangkat kedua tangannya dan berdoa. Setelah Syekh Fadhil pulang pada hari Sabtu, kemudian pada hari Senin setelah Ashar, sekitar jam 5 sore, orang yang punya rumah di depan bengkel itu datang meminta Kiai Musthofa membelinya karena rumah tersebut hampir roboh. Lantas, rumah itu dibeli. Ternyata, tetangga-tetangga yang lainnya juga rumahnya ingin dijual kepada Kiai Musthofa. Akhirnya, atas berkah doa Syekh Fadhil, hajat Kiai Musthofa Aqil terkabul. Setengah tahun kemudian, gudang itu dibangun aula al-Ghadier dan dimulai pembebasan tanah. Sehingga sekarang area ini telah menjadi Pondok Pesantren sebagai tempat santri mengaji. Redaksi Aktual
Beirut, NU Online Pengurus Cabang Istimewa Nahdhatul Ulama PCINU Lebanon kedatangan Syekh Muhammad Fadhil Al-Jailani yang sedang dalam safari dakwahnya di Lebanon. Ulama terkemuka asal Turki yang memiliki peran luar biasa dalam mengumpulkan jejak peninggalan kakeknya, Syekh Abdul Qadir Al-Jailani yang terkenal sebagai Sulthonul Aulia. Ba'da shalat Jumat 10/1, bertempat di Masjid Abdun Naser nahdiyyin di Lebanon menggelar muhadharah dengan mengangkat tema Manhaj Syekh Abdul Qadir Al-Jailani dalam tafsir dan tasawufnya. "Tema ini didasari akan rasa ingin lebih tahu mengenai Syekh Abdul Qadir Al-Jailani yang terkenal dalam bidang tasawwufnya, namun banyak yang belum mengetahui bahwa Syekh Abdul Qadir juga ahli di bidang tafsir," ujar Ketua PCINU Lebanon H Hamid Hadi. Dalam muhadharahnya, Syekh Fadhil Al-Jaelani memulai dengan sirah Syekh Abdul Qadir Al-Jailani, di antaranya menjelaskan bahwa Syekh Abdul Qadir Al-Jailani tidak pernah tidur kecuali dalam keadaan suci Wudhu. "Syekh Abdul Qadir Al-Jailani juga seringkali mengkhatamkan Al-Qur'an dalam shalat malamnya hingga menjelang subuh," jelasnya. Syekh Muhammad Fadhil Al-Jailani memaparkan berbagai karangan-karangan dari sang kakek. Dalam bidang tasawwuf ada kitab al-Fathur al-Robbani dan dalam bidang tafsir terdapat kitab tafsir al-Jailani yang terdiri dari 6 jilid. Sekh Muhammad juga menjelaskan proses pengumpulan manuskrip peninggalan kakeknya itu membutuhkan waktu yang cukup lama serta perjalanan ke banyak negara untuk bisa mendapatkan jejak-jejak peninggalan Syekh Abdul Qadir Al-Jaelani. "Meski memerlukan waktu yang cukup lama, akhirnya manuskrip peninggalan kakek bisa dikumpulkan," tegasnya. Syekh Muhammad Fadhil Al-Jailani Al-Jailani juga menjelaskan tentang kebanggaannya terhadap Indonesia serta menceritakan berbagai pengalamannya saat mengunjungi Indonesia. "Indonesia menjadi salah satu negara yang sering saya kunjungi," ungkapnya. Kepada para nahdiyyin yang hadir, Syekh Muhammad Fadhil Al-Jailani memberikan pesan agar selalu istiqamah dalam jalan ilmu. Agenda tersebut diakhiri dengan pemberian ijazah ammah untuk semua kitab-kitab Syekh Abdul Qadir Al-Jailani serta semua dzikir-dzikir dan shalawat munajat oleh Syekh Muhammad Fadhil Al-Jailani serta pembagian kitab yang berisi dzikir-dzikir Syekh Abdul Qadir Al-Jailani dan ditutup dengan do’a. Dalam rilis yang diterima NU Online Ahad 12/1, Ketua PCINU Lebanon mengatakan, kegiatan muhadharah merupakan kegiatan kajian keilmuan dengan menghadirkan narasumber yang berkompeten sesuai bidang ilmunya untuk warga NU yang berada di Lebanon. "Ini adalah sebagai upaya menambah ilmu pengetahuan dengan menghadirkan narasumber yang ahli di bidangnya khususnya untuk pelajar Indonesia yang sedang menuntut ilmu di sini," pungkasnya. Kontributor Qomarul Adib Editor Abdul Muiz
Syekh Abdul Qodir al-Jailani adalah sufi besar Islam yang lahir pada tahun 471 H, di daerah Jilan, Kurdistan Selatan. Beliau juga merupakan pendiri Thoriqoh Qodiriyyah, yang pengikutnya tersebar diberbagai belahan dunia Islam. Syekh Abdul Qodir al-Jailani sendiri, merupakan sosok ulama tasawuf yang mempunyai banyak gelar, salah satunya adalah wali Syekh Abdul Qodir al-Jailani tidak asing bagi masyarakat Islam di Indonesia, khususnya Ahlussunnah wal Jama’ah. Salah satu tradisi yang sering dilakukan oleh masyarakat Islam aswaja adalah manaqiban. Yaitu membaca manaqib atau riwayat hidup Syekh Abdul Qodir sosok ulama besar Islam, Syekh Abdul Qodir al-Jailani mempunyai banyak karya di berbagai bidang, salah satunya adalah tafsir. Hanya saja, karya-karya Syekh Abdul Qodir al-Jailani tidak begitu banyak yang Abdul Qodir al-Jailani adalah satu dari para ulama tasawuf, yang mempunyai karya dalam bidang tafsir Tafsir al-Jailani. Banyak karya-karya Syekh Abdul Qodir al-Jailani, yang hilang atau tidak diketahui keberadaannya, dan salah satunya yang pernah hilang adalah kitab Tafsir al-Jailani, menurut para ahli sejarah dan pengkaji tasawuf pernah hilang selama 800 tahun. Dan kemudian ditemukan oleh cucu Syekh Abdul Qodir al-Jailani yang ke-25, yaitu Syekh Fadhil al-Jailani al-Hasani al-jimazraq di perpustakaan kitab Tafsir al-Jailani, tidak ditemukan alasan yang jelas kenapa Syekh Abdul Qodir al-Jailani mengarang kitab tafsir tersebut. Tetapi berdasarkan keterangan yang ada, Syekh Abdul Qodir al-Jailani menulis kitab-kitabnya karena adanya kekecewaan dengan keadaan masa ketika beliau hidup. Karena pada masa itu, banyak kemunafikan dan kesenangan duniawi yang merajalela, sehingga beliau hijrah dan mengasingkan diri, serta gencar memberikan nasihat-nasihat tasawuf. Hal ini yang, mungkin, menjadi latar belakang beliau menulis kitab-kitabnya termasuk Tafsir al-Jailani merupakan kitab tafsir yang menggunakan bentuk al-Iqtirani, yaitu perpaduan antara Tafsir bi al-Matsur dan Tafsir bi al-Ra’yi. Syekh Abdul Qodir al-Jailani memadukan antara riwayat yang kuat dan shahih, dengan hasil ra’yi yang dalam mengemukakan riwayat, baik asbabun nuzul atau hadis yang mendukung, Syekh Abdul Qodir al-Jailani tidak menyebutkan sanad yang cara menjelaskan atau menafsiri ayat-ayat Al-Qur’an, Syekh Abdul Qodir al-Jailani menggunakan metode bayani, yaitu penafsiran dengan cara menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an, hanya dengan memberikan keterangan secara diskriptif, tanpa membandingkan riwayat dan memberikan pentarjihan Abdul Qodir al-Jailani juga menggunakan metode ijmaly. Metode ijmaly sendiri merupakan sebuah metode yang menafsirkan ayat Al-Quran secara global, tidak mendalam dan panjang al-Jailani adalah satu di antara banyak kitab tafsir yang bercorak sufistik. Corak sufistik yang ada dalam Tafsir al-Jailani, tidak bisa dilepaskan dari corak pemikiran pengarangnya yang merupakan salah satu ulama besar dalam dunia tasawuf. Sehingga dalam mengarang kitab tafsir, maka kemungkinan besar akan berimplikasi terhadap penggunaan corak tafsir isyari sufi.Corak tasawuf yang terdapat dalam kitab Tafsir al-Jailani sangat terlihat jelas. Bahkan hampir semua ayat yang ditafsirkan, selalu dihubungkan dengan ketauhidan, yang menjadi pokok dari ajaran tasawuf. Selain itu, Syekh Abdul Qodir al-Jailani juga menuliskan lampiran munajat dengan berisi Asma’ul Husna dan sya’ir-sya’ir sufi Qosidah al-Khomriyah, yang berada di jilid akhir dari kitab Tafsir A’lam.
syekh fadhil al jailani